![]() |
MI Plus Mutiara Islam | Membangun Generasi Qurani Berprestasi |
MI Plus Mutiara Islam Surabaya, telah memposting kembali kisah ini :
Rasulullah SAW pernah bersabda “Dakwah yang paling besar adalah menyampaikan perkara yang hak dihadapan penguasa yang zalim”. Seperti Nabi Musa a.s yang datang kepada Fir’aun,
Nabi Ibrahim a.s pergi menjumpai Raja Namruz, Nabi Isa a.s kepada penguasa Romawi dan Rasulullah SAW pergi mendatangi para pemuka kaum Quraisy. Mereka semua adalah contoh manusia manusia pilihan yang berkorban lahir dan batin dalam menegakkan kalimat tauhid. Perilaku Rasulullah SAW ini kerap juga dialami oleh para Ulama arif billah yang dengan ikhlas harus berhadapan dengan penguasa yang tidak setiap saat ramah kepada ajakan mereka.
Pernah terjadi pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah yang saat itu menjadi Khalifah adalah Hisyam bin Abdul Malik, dia sedang berziarah ke masjidil haram untuk menunaikan ibadah haji. Ia duduk di permadani yang halus dan indah sedangkan para pengawalnya berdiri tegap mengelilingi dengan senjatanya masing masing. Sesaat kemudian Hisyam bin Abdul Malik meminta didatangkan kepadanya sahabat Rasulullah yang mungkin masih hidup. Maka ajudannya segera menjawab “Wahai Amirul Mukminin, mereka semua sudah meninggal dunia.” Lalu dia meminta didatangkan dari kalangan tabi’in saja. Sejenak kemudian datanglah Ulama tabi’in Thawus Al Yamani. Tatkala menemui sang khalifah, dia mencopot kedua sandalnya di pinggir permadaninya dengan tidak memberi salam terlebih dahulu dan tidak pula memanggilnya dengan julukannya sebagai amirul mukminin kemudian langsung duduk disampingnya tanpa minta ijin terlebih dulu dan menyapanya sebagai bentuk penghormatan kepada Penguasa kaum muslimin.
Memerahlah wajah Amirul Mukminin sehingga hampir saja berbuat kalap hendak menghunus pedang kepada Thawus Al Yamani. Namun kemudian ada yang mencegahnya seraya berkata,“Wahai Amirul Mukminin, engkau saat ini berada di kawasan Masjidil Haram yang tidak boleh hal itu terjadi.”
Maka Hisyam bin Abdul Malik berkata, “Wahai Thawus, apa yang mendorongmu untuk berbuat seperti itu tadi.?”
“lantas apa yang telah aku lakukan padamu,?” jawab Thawus
“Engkau telah mencopot kedua sandalmu di pinggir permadaniku, tidak memberi salam dengan menyapa, ‘Wahai Amirul Mukminin, tidak memanggilku dengan julukanku lalu duduk di sampingku tanpa ijin,” kata Hisyam bin Abdul Malik.
Kemudian Thawus memperbaiki posisi duduknya dan menjawab pertanyaan Amirul Mukminin Hisyam bin Abdul Malik “mengenai perbuatanku mencopot kedua sandalku di pinggir permadanimu, karena aku sudah biasa mencopotnya bila berada di hadapan Allah setiap hari, sebanyak lima kali akan tetapi Dia tidak mencela ataupun marah kepadaku. Adapun ucapanmu engkau tidak memberi salam kepadaku dengan menyapa, ‘wahai Amirul Mukminin’’ karena tidak setiap Muslim setuju atas naiknya engkau ke tampuk kekuasaan. Jadi, aku takut kalau menjadi seorang pendusta (dengan menyapamu sebagai Amir semua orang-orang beriman). Sedangkan mengenai perkataanmu ‘engkau tidak memanggilku dengan julukanku karena Allah juga menamai para Nabi-Nya, lalu memanggi mereka wahai Daud, wahai Yahya, wahai Isa bahkan Dia malah menyebut musuh-musuh-Nya dengan julukan dalam firman-Nya, ‘Celakalah tangan Abu Lahab.’
Sedangkan ucapanmu, kamu duduk di sampingku tanpa ijin, maka hal itu karena aku telah mendengar Imam Ali bin Abi Thalib r.a., berkata, “Bila kamu ingin melihat salah seorang penghuni neraka, maka lihatlah kepada seorang yang duduk sementara orang-orang di sekitarnya berdiri menghormatinya,”
Tertunduklah wajah Hisyam bin Abdul Malik,lalu ia berkata, “Kalau begitu, nasehatilah aku.” Maka Thawus berkata, “Aku mendengar Ali bin Abi Thalib r.a., berkata, “Sesungguhnya di neraka Jahannam terdapat ular-ular dan kalajengking seperti bagal (peranakan antara kuda dan keledai) yang mematuk setiap Amir (Penguasa) yang tidak berlaku adil terhadap rakyatnya.”
Dan Thawus rahimahullah terus memberikan nasihatnya kepada Khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Begitulah sebagian potret ulama salafus sholeh yang dengan tegar dan ikhlas harus berhadapan dengan penguasa. Mustahil mereka akan kuat dan tegar menghadapi berbagai rintangan dan ujian yang berat bila tidak memiliki sifat ikhlas. Sesungguhnya sifat ikhlas tidak akan pernah membuat kecewa orang yang memilikinya.
MI Plus Mutiara Islam Surabaya, telah memposting kembali kisah ini .