![]() |
MI Plus Mutiara Islam | Membangun Generasi Qurani Berprestasi |
MI Plus Mutiara Islam Surabaya, telah memposting kembali kisah ini :
Musim haji telah datang dan kaum muslimin berbondong bondong memenuhi panggilan dari Sang pemilik Kakbah. “Labbaikallahumma labaik”, itulah yang senantiasa menggema di seluruh penjuru kota Mekkah.
Kaum muslimin dari berbagai belahan dunia datang dengan membawa bekal taqwa hendak melakukan rangkaian ibadah sebagai perwujudan penyerahan total lahir dan bathin kepada Allah. Menapak tilas kehidupan Nabi Ibrahim a.s telah menjadi menu utama bagi jamaah haji. Semua kaum muslimin berdiri sama sederajat di hadapan Allah Zat Yang Maha Agung. Yang membedakan hanyalah ketaqwaannya.
Mari kita mencoba melihat lebih teliti dibawah sana, maka akan nampak seorang paruh baya sedang berthawaf disekeliling Kakbah tanpa mengenakan penutup kepala dan bertelanjang kaki. Hanya kain ihram yang melekat ditubuhnya. Dibelakangnya ada dua pemuda berwajah ganteng dengan tampilan yang menyiratkan bahwa mereka bukan berasal dari keluarga biasa biasa saja. Dua orang yang dibelakang itu ternyata anaknya. Sedangkan lelaki paruh baya itu adalah Amirul Mukminin Sulaiman bin Abdul Malik.
Putaran terakir thawaf telah dilalui maka Sang Khalifah bertanya kepada prajuritnya “Aku ingin menemui sahabatmu, dimanakah dia?”. Prajurit menjawab “ Dia sedang sholat disudut barat masjid”. Sejurus kemudian Sang Khalifah diikuti dua anaknya dan prajurit pemerintahan menuju arah yang dimaksud. Sesaat para pengawal hendak mengusir sebagian jamaah yang menghalangi jalan Sang Khalifah, tapi kemudian dicegah sendiri oleh Sang Khalifah dan berkata“ Di tempat ini antara Raja dan rakyatnya memiliki kedudukan yang sama. Tidak seorang pun yang lebih mulia dari orang lain, kecuali berdasarkan amal dan ketakwaannya. Boleh jadi ada orang yang kusut dan lusuh berdebu datang kepada Allah, lalu Allah menerima ibadahnya dan pada saat yang sama, para raja tidak diterima oleh-Nya.”
Ternyata orang yang dimaksud masih khusyu’ dengan sholatnya. Ruku dan sujudnya dilakukan dengan sempurna. Sedangkan orang orang telah duduk berkumpul dibelakang dan kanan kirinya. Setelah mengucap salam ke kanan dan kiri barulah kini terlihat dengan jelas siapa orang yang sedang ditunggu tunggu itu. Ia adalah orang tua dengan kulit hitam legam, rambut keriting dan hidung pesek. Ia seorang dari negeri Habsyah yang masa mudanya dihabiskan di negeri Hijaz untuk mendalami Islam. Dan Khalifah yang duduk dibagian belakang mengucapkan salam kepada orang tersebut dan menghampirinya. Setelah mendekat maka ia menanyakan beberapa hal tentang tata cara ibadah haji dan dijawab dengan jelas dan terperinci disertai dengan hadits atau keterangan yang dinisbahkan langsung kepada Rasulullah SAW.
Setelah puas mendapat penjelasan Sang Khalifah beranjak pergi untuk melanjutkan Sa’I diikuti oleh dua orang putranya dan para pengawal. Ketika sedang melakukan Sa’i terdapat pegawai pemerintahan yang berseru dengan lantang ““Wahai kaum muslimin, siapapun tidak boleh memberi fatwa kepada orang-orang di tempat ini, kecuali Atha bin Abi Rabah. Dan jika dia tidak ada, maka Abdullah bin Abi Nujaih.” Tentu saja hal ini mengusik hati anak sang Khalifah, kemudian si sulung berkata “Apa yang terjadi dengan mereka. Mengapa mereka melarang orang meminta fatwa selain kepada Atha bin Abi Rabah dan sahabatnya sedangkan Sang Khalifah baru saja meminta fatwa kepada orang yang tidak memberi penghormatan sebagaimana layaknya penghormatan yang biasa diterima seorang Khalifah”
Khalifah Sulaiman menoleh kepada anak anaknya dan berkata “Orang yang telah kamu lihat dan kita menunggunya saat tadi ia sedang sholat adalah Atha bin Abi Rabah, dialah pemilik fatwa di Masjid Haram dan pewaris Abdullah bin Abbas di dalam kedudukan yang besar ini.”
Subhanallah, inilah bukti faktual dari keagungan ilmu. Karena dengan ilmu orang rendah akan menjadi mulia, orang yang malas akan menjadi pintar dan ilmu akan meninggikan derajat para budak melebihi derajat para raja.
MI Plus Mutiara Islam Surabaya, telah memposting kembali kisah ini .