MI Plus Mutiara Islam

Pelajaran dari Kisah Nabi Yusuf a.s dan Saudara-saudaranya (7-end)

MI Plus Mutiara Islam - MI Plus Islam Surabaya
MI Plus Mutiara Islam | Membangun Generasi Qurani Berprestasi

MI Plus Mutiara Islam Surabaya, telah memposting kembali kisah ini :

Demi Allah, Yusuf lah yang benar, bahkan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya. Ada yang mengatakan bahwa saksi itu adalah sepupu wanita itu. Ada juga yang mengatakan bahwa dia adalah salah seorang pelayan istana.
Pendapat yang benar adalah pendapat yang dikemukakan oleh jumhur (mayoritas) Ulama, bahwa saksi itu adalah seorang anak kecil yang waktu itu berada dalam kamar dan belum bisa berbicara namun Allah membuatnya berbicara. Dalam sebuah hadits yang sanadnya jayyid (bagus), Nabi Muhammad SAW bersabda “Ada empat orang yang dapat berbicara semenjak masih kecil dalam buaian yaitu : Masyithah (istri tukang sisir) keluarga Fir`aun, anak kecil yang bernama Juraij, Isa a.s, dan anak kecil yang memberikan kesaksian kepada Yusuf a.s”
Anak kecil yang menjadi saksi telah berkata “Perhatikanlah, jika baju gamis Yusuf robek dari bagian belakang, maka perempuan itulah yang berdusta dan Yusuf benar, karena perempuan itulah yang merobeknya dan dialah yang berlari dari belakang Yusuf. Dan jika baju gamisnya itu robek dari bagian depan maka Yusuf lah yang berdusta dan perempun itu yang benar karena Yusuf lah yang menyerangnya”. Setelah memperhatikan mereka mengambil kesimpulan bahwa Yusufalah yang benar.
Allah SWT berfirman “Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang, berkatalah ia `Sesungguhnya (kejadian) itu adalah di antara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar. Hai (Yusuf) berpalinglah dari (kejadian) ini dan (kamu Hai istriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah” (QS Yusuf ayat 28-29). Tuan Aziz berpesan kepada Yusuf supaya ia tidak memberitahukan hal ini kepada siapapun dan tidak menyebarkan berita ini kepada orang lain. Dan dia berkata “Wahai Yusuf, berpalinglah dari semua ini”
Sedangkan kepada istrinya ia memberikan nasihat dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, padahal dia telah melakukan perbuatan yang sangat keji. Kepada istrinya ia berkata “Minta ampunlah kepada Allah dan bertaubatlah kepadaNya”
Allah SWT menyelamatkan Yusuf a.s dari kegelapan sumur tatkala saudara-saudaranya berbuat makar dan jahat kepadanya. Dan Allah kembali menyelamatkannya dari fitnah tatkala istri Tuan Aziz menggoda dan berbuat makar kepadanya. Akan tetapi ujian bagi Yusuf a.s belum usai. Ia masih harus menghadapi berbagai ujian lain di dalam penjara.
Pelajaran dari Kisah Yusuf a.s
Kita dapat mengambil intisari berupa sejumlah faidah yang berkaitan dengan kisah diatas :
Pertama, Al Quran ini adalah kitab mukjizat yang dapat melemahkan lawan, yang sarat dengan makna dan hikmah. Allah telah menantang seluruh orang Arab yang fasih untuk mendatangkan sesuatu yang serupa dengannya, namun mereka tidak mampu menandinginya. Allah SWT berfirman “Katakanlah ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al Quran ini, niscaya mereka tak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain” (QS Al Isra’ ayat 88)
Kedua, mimpi ada yang benar dan ada juga yang bathil. Jika ia berasal dari seseorang yang saleh dan bukan berupa sesuatu yang mustahil maka ini adalah benar dengan ijin Allah.
Ketiga, hendaknya seseorang yang bermimpi tidak memberitahukan tentang mimpinya kecuali kepada orang yang ia cintai;dan ia tidak menyebarkannya kepada khalayak ramai. Sedangkan bila mimpinya berupa sesuatu yang buruk hendaknya ia tidak memberitahukannya kepada siapa pun;karena hal ini tidak akan memberikan manfaat kepadanya dengan ijin Allah.
Keempat, sudah menjadi fitrah sebagian manusia untuk bersifat hasad/iri. Al Hasan berkata “Tidak ada jasad yang terbebas dari penyakit hasad;akan tetapi orang yang mulia senantiasa menyembunyikannya sementara orang yang terhina menampakkannya”. Penyakit hasad merupakan salah satu dosa besar, karena ia akan memakan semua kebaikan, sebagaimana api melahap kayu bakar. Penyakit ini akan merapuhkan ketakwaan dan mengundang murka Allah, firmanNya “Ataukah mereka merasa dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya ? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar “(QS An Nisa ayat 54)
Kelima,hendaklah orang tua tidak melebihkan salah seorang anaknya yang lain karena yang demikian akan melahirkan sifat hasad dan benci diantara mereka. Hendaknya pula tidak memberikan salah seorang dari mereka sementara yang lainnya diberikan.
Keenam, bahwa yang Maha memelihara dan menjaga adalah Allah SWT bukan selainnya. Oleh karena itu hendaklah selalu menghadap kepadaNya dalam setiap ujian dan cobaan maupun kesusahan yang menimpa agar Allah menjaga kita.
Ketujuh, senantiasa bersabar dalam menghadapi berbagai fitnah/ujian;khususnya fitnah wanita. Kembalilah kepada Allah. Mudah-mudahan Dia memalingkan fitnah tersebut. Dan bekal paling baik yang dapat memalingkannya adalah ketaqwaan dan keikhlasan.
Semoga kisah ini membawa manfaat bagi kita. Amiin

MI Plus Mutiara Islam Surabaya, telah memposting kembali kisah ini .
Bagikan ke teman :
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...